HalamanUnduh untuk Puisi "Membaca Tanda - Tanda" Karya Taufik Ismail | Teater Rongsokan - Youtube, klik untuk mengunduh koleksi gambar-gambar lain yang terdapat di kibrispdr.org
Abstract – Environmental damage is an important issue for concern. Environmental damage can occur because the balance of the ecosystem is disturbed. One of the media to convey issues and messages to the environment is literature. This research examines literature from an ecocritical ethical study of a poem by Taufiq Ismail entitled "Membaca Tanda-tanda." The method used in this research is descriptive qualitative. This research shows that there are three attitudes towards nature in the poem "Membaca Tanda-tanda" 1 an attitude of solidarity towards the environment; 2 an attitude of love and concern for nature; and 3 an attitude of not interfering with natural life. The conclusion of this research is, through the ethical study of the ecocritical poetry of Taufiq Ismail's poem "Membaca Tanda-tanda", there is a picture of natural damage due to damage to ecosystems caused by human activities and attitudes arising against these natural – Environment, ecosystem, ecocriticism, poem PuisiMembaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail ini apa bila kita baca secara detail, meiliki banyak makna yang terkandung. Dimana makna dalam puisi tersebut sangat kental terasa terhadap kondisi kehidupan kita saat ini, yaitu sebagai berikut: Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita MEMBACA TANDA-TANDA KARYA TAUFIQ ISMAIL Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kita mulai merindukannya Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari Hutan kehilangan ranting Ranting kehilangan daun Daun kehilangan dahan Dahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksid itu menggilas paru-paru Kita saksikan Gunung memompa abu Abu membawa batu Batu membawa lindu Lindu membawa longsor Longsor membawa air Air membawa banjir Banjir membawa air air mata Kita telah saksikan seribu tanda-tanda Bisakah kita membaca tanda-tanda? Allah Kami telah membaca gempa Kami telah disapu banjir Kami telah dihalau api dan hama Kami telah dihujani abu dan batu Allah Ampuni dosa-dosa kami Beri kami kearifan membaca Seribu tanda-tanda Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kami mulai merindukannya. 1982 = Baca Juga = Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Berikami kearifan membaca tanda-tanda. Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan akan meluncur lewat sela-sela jari. Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kami mulai merindukannya. Dalam puisi di atas, penulis mengajak pembaca untuk mencoba melihat, membaca dan memahami tanda-tanda yang alam berikan di
Fitri Vanila / Mahasiswi Universitas Maritim Raja Ali Haji, program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh Fitri Vanila / Mahasiswi Universitas Maritim Raja Ali Haji, program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Membaca Tanda-Tanda Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kita mulai merasakannya Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari Hutan kehilangan ranting Ranting kehilangan daun Daun kehilangan dahan Dahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak karbon dioksida itu menggilas paru-paru Kita saksikan Gunung membawa abu Abu membawa batu Batu membawa lindu Lindu membawa longsor Longsor membawa air Air membawa banjir Banjir air mata Kita telah saksikan seribu tanda-tanda Bisakah kita membaca tanda-tanda? Allah Kami telah membaca gempa Kami telah disapu banjir Kami telah dihalau api dan hama Kami telah dihujani abu dan batu Allah Ampuni dosa-dosa kami Beri kami kearifan membaca tanda-tanda Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan akan meluncur lewat sela-sela jari Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kami mulai merindukanya. Siapa yang tidak kenal Taufik Ismail gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah, lahir di Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada tanggal 25 Juni 1935. Taufik Ismail merupakan sastrawan Indonesia yang terkenal, Taufik Ismail tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan. Ia sudah bercita-cita menjadi sastrawan sejak duduk di bangku SMA. Puisi dengan judul Membaca Tanda-tanda karya Taufik Ismail merupakan salah satu dari sekian banyak puisi yang di tulis oleh Taufik Ismail. Beberapa puisi yang ditulis beliau ialah kembalikan Indonesia padaku, mencari sebuah masjid,Malu Aku Jadi Orang Indonesia dan masih banyak lagi. Puisi Membaca Tanda-tanda mengungkapkan kerinduan alam yang dulunya sangat indah,nyaman dan terasa sangat asri kini berubah menjadi rusak oleh tangan-tangan manusia. Taufik Ismail selaku penulis puisi yang berjudul membaca tanda-tanda kini mengajak para pembaca untuk memahami makna dari puisi tersebut. Makna dari puisi di atas ialah kita harus peka terhadap perubahan alam yang semakin lama semakin memperihatinkan. Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Makna dalam bait puisi tersebut yaitu kelalaian kita untuk menjaga alam sekitar, sehingga bencana itupun datang karena tangan-tangan nakal kita. Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas Tapi kini kita mulai merasakannya Pada baris kedua puisi tersebut maksudnya menggambarkan kegelisahan hati pengarang akan terjadi bencana yang sangat besar, dimana manusia menyadari bencana itu hadir karena perbuatan kita sendiri dengan merusak alam. Yang dari awal tak pernah kita rasakan tapi semakin lama efeknya semakin kita rasakan. Pada bait ke empat sering kali mengulang kata “Kehilangan” mengartikan bahwa alam kehilangan keindahannya. Beliau juga banyak mengunakan kata-kata yang berhubungan dengan alam seperti hutan,udara,gunung dan lain sebagainya untuk menyesuaikannya dengan tema alam. Dari puisi membaca tanda-tanda karya Taufik Ismail mengajarkan kita bahwa lebih menghargai alam dan menjaga alam dengan sebaik-baiknya.
Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengkaji sastra dari kajian etis ekokritis terhadap puisi karya Taufiq Ismail berjudul "Membaca Tanda-tanda". Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Krisis Ekologi di Indonesia Puisi Mambeca Tanda-tanda dan Menengadah ke Atas Merenungi Ozon yang Tak Nampak Karya Taufik

Daftar isi1. Kerendahan Hati2. Dengan Puisi, Aku3. Karangan Bunga4. Membaca Tanda Tanda5. Bagaimana Kalau6. Merdeka Utara7. Jalan Segera8. Cinta Rupiah9. Dharma Wanita10. Malu Aku Jadi Orang Indonesia11. Bayi Lahir Bulan Mei 199812. Salemba13. Dari Catatan Seorang Demonstran14. Geometri15. Seratus JutaTaufiq Ismail adalah sastrawan Indonesia dengan latar belakang keluarga ulama, guru dan sastrawan. Taufiq lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935 dan memiliki gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah. Taufiq telah bercita-cita untuk menjadi sastrawan sejak sekolah menengah atas. Namun ia memilih pendidikan kedokteran hewan untuk nantinya dapat menafkafi cita-cita menjadi sastrawannya. Taufiq dikategorikan sebagai peyair Angkatan’66. Taufiq sering kali bekerja sama dengan sastrawan lain, hal ini penting menurutnya untuk memiliki jangkauan puisi yang lebih sering membaca puisi di depan umum karena baginya puisi baru akan memperoleh tubuh yang lengkap jika setelah penulisannya kemudian dibacakan di khalayak ramai. Taufiq telah membaca puisi di berbagai festival dan acara sastra setidaknya di 24 kota di Asia, Australia, Eropa, Amerika dan Afrika sejak tahun awal tahun 1970an, Taufiq yang bosan dengan puisi yang terlalu serius mencoba mengemas puisi dengan sedikit humor. Yang terbaru ialah pada tahun 206, nama Taufiq Ismail menjadi sorotan para sastrawan Indonesia dan tokoh agama karena pernyataan yang menyatakan lagu ciptaan Kusbini yaitu Bagimu Negeri adalah lagu yang itu, Taufiq mendapat berbagai penghargaan karena kiprahnya di dunia sastra beberapa diantaranya ialah Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia 1977, South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand 1994, Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa 1994 dan mendapat penghargaan doktor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta. Berikut pembahasan mengenai beberapa karya Taufiq Ismail 1. Kerendahan HatiSesuai dengan judulnya, puisi ini bercerita tentang kerendahan hati tidak hanya bisa dicapai jika memiliki jabatan atau popularitas. Hal ini diumpakan dengan benda-benda disekitar manusia. Seperti pepohonan, semak belukar bahkan rumput liar pun bisa menunjukkan kerendahan hati dengan menjalani fungsi sebagai rumput liar yang baik. Sehingga puisi ini mengajarkan pembaca untuk tidak sombong dan sebisa mungkin menjadikan hidup lebih bermakna bagi orang Dengan Puisi, AkuPuisi ini mengisahkan kecintaan penyair pada puisi. Penyair menganggap bahwa ia dapat mencurahkan cinta, kesedihan, kebahagiaan dan bahkan mampu menuangkan segala kenangan pada puisi. Dalam puisi ini terkandung pesan bahwa manusia harus terus berkarya tak peduli zaman dan harus saling menghargai karya Karangan BungaPuisi ini bertemakan kepahlawanan yang didasarkan pada peristiwa tertembaknya seorang mahasiswa Universitas Indonesia oleh Pasukan Tjakrabirawa. Dalam puisi dituliskan “tiga anak kecil dengan langkah malu-malu” anak kecil polos dan lugu yang diumpamakan oleh penyair sebagai orang-orang yang tidak paham alasan dibalik terjadinya peristiwa yang tidak paham namun ikut bersimpati dan berbela sungkawa atas kejadian kemanusiaan yang sangat disayangkan itu. Puisi ini mengingatkan pembaca untuk mengenang dan menghargai orang-orang yang gugur demi alasan Membaca Tanda TandaPuisi ini mencoba mengingatkan pembacanya bahwa banyak hal dari alam yang sudah mulai sangat berubah. Semua hal yang hancur dan menghilang, semua saling berhubungan. Terdapat tanda-tanda yang harusnya menyadarkan kita dan membuat kita lebih awas dan menjaga lingkungan sekitar serta alam. Dalam puisi ini juga disebutkan sifat dasar manusia yaitu selalu meminta kepada Bagaimana KalauBagaimana Kalau adalah puisi dengan 12 bait yang tiap baik diawali dengan kalimat “bagaimana kalua”. Puisi ini menggambarkan bahwa segala hal meskipun sudah ada dan yang dianggap biasa dalam kehidupan memiliki kemungkinan untuk tidak seperti apa yang dikenal selama ini. Puisi ini seolah memberi pilihan dan pertimbangan atas hal-hal yang terjadi dalam hidup. Puisi ini mengajarkan kita untuk mawas diri, untuk dapat lebih menghargai kenyamanan yang sudah didapatkan selama Merdeka UtaraPuisi ini menggambarkan keadaan Jakarta setelah masa revolusi yaitu pada tahun 1966. Kota yang harusnya ramai karena merupakan ibukota negara malah terlihat tersebut tidak cerah berwarna biru namun terlihat sedih yang digambarkan dengan warna ungu oleh penyair. Dalam puisi ini penyair menuangkan tulisan dan pemikirannya sebagai kenangan untuk mengenang masa-masa pasca revolusi kala Jalan SegeraPuisi ini menggambarkan carut marutnya keadaan Indonesia kala peralihan Orde Lama ke Orde Baru. Tidak terlalu banyak menggunakan kiasan, dalam puisi ini Taufiq menggambarkan bagaimana keganasan kala ini dimana terjadi penembakan yang dilakukan oleh PKI pada anak bangsa sendiri. Keganasan namun juga dikatakan terdapat ketakutan, inilah penggambaran Taufiq pada PKI yang kala itu sudah diujung tanduk karena kalah Cinta RupiahPuisi ini mengandung unsur sindiran yang ditujukan kepada pemerintah. Pemerintah menggunakan berbagai kedok untuk mengelabui rakyat. Rakyat disuguhi dengan kebohongan yang jelas sebenarnya rakyat sudah Dharma WanitaPuisi ini merupakan puisi yang mengisahkan mengenai wanita. Dalam puisi ini penyair mencoba menyadarkan wanita bahwa mereka telah dijadikan boneka oleh keadaan. Wanita mengurus berbagai hal bahkan menjadi pendukung karir suaminya. Penyair ingin menyadarkan wanita untuk lebih memikirkan dirinya Malu Aku Jadi Orang IndonesiaPuisi ini menggambarkan mengenai ketidakadilan yang terjadi di negeri ini. Dimana negeri dikuasai oleh pemerintah yang rakus dan tamak, sedangkan rakyat kecil menderita dan semakin kesulitan. Penggambaran puisi ini, meskipun ditulis berpuluh tahun lalu, tapi tak elak jika kondisi ini masih saja terjadi di Indonesia, bahkan hingga Bayi Lahir Bulan Mei 1998Dalam puisi ini kalimat pertama menyiratkan beban yang ditanggung oleh seorang bayi yang baru lahir pada bulan Mei 1998. Mei 1998, terjadi peristiwa kerusuhan besar di Indonesia yang menewaskan ratusan orang. Puisi ini mengisyaratkan bahwa anak yang lahir pada era itu akan memikul beban yang cukup berat imbas dari huru hara yang terjadi di SalembaPuisi ini masih mengisahkan peristiwa yang terjadi ketika masa revolusi tepatnya peristiwa gugurnya Arief Rahman Hakim dalam gerakan mahasiswa. Kalimat dalam puisi ini pun tidak sulit untuk dipahami pembaca. Penggunaan kalimat yang digunakan memperindah puisi namun tidak menyulitkan pembaca memahami makna Dari Catatan Seorang DemonstranPuisi ini salah satu puisi Taufiq yang menggambarkan penentangan keras yang dilakukan mahasiswa Indonesia terhadap pemerintahan Orde Lama yang dipengaruhi oleh PKI. Pada puisi ini penyair hendak menyampaikan ingatan bagaimana gigihnya mahasiswa bahkan rela terjun dalam peperangan untuk memberantas komunis di negeri Geometri Puisi ini memberikan gambaran mengenai gerakan-gerakan usaha yang dilakukan untuk melawan PKI merupakan gerakan yang saling terhubung satu sama lain. Gerakan-gerakan ini akan membentuk jalinan dengan tujuan yang sama yakni pemberantasan Seratus JutaPuisi ini ditulis pada tahun 1998 setelah peristiwa kerusuhan besar yang menewaskan ratusan orang. Selain korban nyawa, sudah tentu berbagai bentuk korban pun berjatuhan, salah satunya kehilangan pekerjaan. Dalam puisi ini dikisahkan mengenai begitu banyaknya rakyat pengangguran yang tidak tahu harus berbuat apa untuk dapat menyambung hidupnya.

Meskipunterdapat banyak kejanggalan dalam film tersebut, tetapi nampak beberapa bencana yang luar biasa, seperti gunung meletus, gempa bumi yang dahsyat, serta tsunami besar. Puisi "Membaca Tanda-Tanda" milik Taufik Ismail ini menggunakan kata sederhana namun tak mengurangi keindahan gaya bahasanya. Imaji yang terkandung juga seakan-akan
Membaca Tanda-Tanda Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kita mulai merasakannya Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari Hutan kehilangan ranting Ranting kehilangan daun Daun kehilangan dahan Dahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak karbon dioksid itu menggilas paru-paru Kita saksikan Gunung membawa abu Abu membawa batu Batu membawa lindu Lindu membawa longsor Longsor membawa air Air membawa banjir Banjir air mata Kita telah saksikan seribu tanda-tanda Biskah kita membaca tanda-tanda? Allah Kami telah membaca gempa Kami telah disapu banjir Kami telah dihalau api dan hama Kami telah dihujani abu dan batu Allah Ampuni dosa-dosa kami Beri kami kearifan membaca tanda-tanda Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan akan meluncur lewat sela-sela jari Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kami mulai merindukanya Karya Taufik Ismail A. Unsur Intrinsik  Tema sense Tema merupakan hal yang ingin disampaikan oleh pengarang. Tema puisi ini adalah tentang Alam. Puisi Membaca Tanda-tanda memiliki makna bahwa Taufik Ismail selaku penciptanya mengajak pembaca untuk dapat membaca gejala-gejala alam yang terjadi di sekitar kita. Pembaca diajak untuk peka terhadap perubahan alam yang semakin lama semakin memprihatinkan keadannya. Alam yang dulunya asri, indah dan nyaman, kini terusik dengan kerusakan akibat tangan-tangan manusia yang banyak merusak lingkungan. Taufik dalam puisi ini mencurahkan perasaannya yang merindukan lingkungan yang alami dan murni. Ia sangat menyesalkan apa yang terjadi saat ini. Sudah banyak gejala alam yang memperingatkan manusia untuk sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Namun dengan banyaknya gejala alam ini Taufik masih mempertanyakan apakah kita manusia bisa membaca gejala-gejala perubahan pada alam.  Rasa feeling Perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa sedih karena manusia sebagai khalifah di bumi seringkali merusak alam dengan perburuan hewan, penebangan hutan, dan lain sebagainya yang menyebabkan alam kehilangan keindahannya.  Nada tone Nada yang ditunjukan dalam puisi ini adalah menyindir. Nada menyindir ini muncul karena, rasa sedih dan kecewa penyair yang menyadari kelalaian manusia mejaga alam sehingga alam mulai kehilangan keindahannya.  Amanat intention Dalam puisi ini amanat yang disampaikan oleh penyair adalah bahwa kita sebagai khalifah di bumi harus mencintai dan menjaga alersahabat dengan manusia.  Diksi Puisi adalah salah satu karya sastra yang mengandalkan keindahan kata-kata untuk memunculkan kesan estetisnya. Dalam memainkan kata-kata, yang menjadi ujung tombaknya adalah diksi atau pemilihan kata oleh penyairnya. Diksi digunakan oleh penyair untuk mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya seperti yang dialami batinnya. Penyair harus benar-benar tepat memilih kata jika ingin mengekspresikan dengan ekspresi yang dapat menjelmakan pengalaman jiwanya tersebut. Taufik Ismail dalam puisinya Membaca Tanda-tanda banyak menyindir manusia sebagai khalifah di bumi yang masih saja merusak alam dengan perburuan hewan, penebangan hutan, dan lain sebagainya yang menyebabkan alam kehilangan keindahannya. Taufik mengunakan diksi kehilangan’ pada bait keempat untuk menggambarkan hilangnya keindahan alam. Taufik pun banyak menggunakan kata-kata yang berhubungan dengan alam seperti udara, danau, burung, hutan, gunung dan lain sebagainya untuk menyesuaikan puisinya dengan tema alam. Selain itu ia memilih kata-kata seperti longsor, banjir, gempa dan sebagainya untuk menggambarkan bencana. Diksi yang dipilih Taufik Ismail dalam puisi ini pada umumnya memakai kata-kata yang lumrah digunakan dan mudah dipahami maknanya. Kesemuanya membuat puisi ini menjadi menarik sehingga pesannya juga lebih cepat diterima oleh pembaca.  Citraan imagery Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca. Pada dasarnya citraan kata terefleksi melalui bahasa kias. Citraan kata meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, pikiran, perasaan, ide, dan setiap pengalaman indera istimewa. Dalam puisi, untuk memberi gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana yang khusus, untuk membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan dan juga untuk menarik perhatian, penyair juga menggunakan gambarangambaran angan pikiran, di samping alat kepuitisan yang lain. Gambaran-gambaran angan dalam sajak itu disebut citraan . Imaji terbagi menjadi imaji penglihatan , imaji pendengaran , imaji raba dan sebagainya. Imaji atau citraan yang terdapat dalam puisi Membaca Tandatanda antara lain 1. Citra penglihatan Imaji penglihatan adalah citraan yang timbul oleh penglihatan. Imaji penglihatan dalam puisi ini terdapat dalam kutipan Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya bait ke-3 Kita saksikan zat asam didesak karbon dioksid itu menggilas paru-paru bait ke-5 Kita sasksikan Gunung membawa abu ………………….. bait ke-6 Kita telah saksikan seribu tanda-tanda Bisakah kita membaca tanda-tanda bait ke-7 2. Citra pendengaran Imaji pendengaran adalah citraan yang timbul oleh pendengaran. Imaji pendengaran dalam puisi ini terdapat dalam kutipan Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari bait ke-3, baris ke-3 3. Citra perabaan Imaji raba adalah citraan yang timbul oleh perabaan. Imaji perabaan dalam puisi ini terdapat dalam kutipan Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita bait ke-1 Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan akan meluncur lewat sela-sela jari bait ke-10  Kata-kata konkret Kata-kata konkret tersebut sangat jelas menunjukan sikap tindakan baik dari penyair maupun dari pembaca. Kata-kata konkret tersebut bertujuan untuk menggambarkan unsur-unsur puisi secara tepat agar pembaca dapat merasakan keadaan yang dirasakan penyair.  Gaya Bahasa Dalam karya sastra seperti puisi, untuk menimbulkan efek estetik atau efek kepuitisannya maka digunakanlah gaya bahasa. Selain itu tujuan penyair menggunakan gaya bahasa dalam puisinya antara lain untuk menghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif, menghasilkan makna tambahan, agar dapat menambah konkrit sikap dan perasaan penyair dan agar makna yang diungkapkan lebih padat. Puisi Membaca Tanda-tanda tidak memakai banyak ragam bahasa kiasan atau majas. Bahasa kiasan yang digunakan hanya seperti berikut. 1. Hiperbola Hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu. Hiperbola dalam puisi ini terdapat dalam kutipan Banjir air mata bait ke-6, baris ke-8 2. Perbandingan Perbandingan atau perumpamaan, ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, dan kata-kata pembanding lain. Dalam puisi Membaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail ini, memiliki perbandingan atau perumpamaan dalam sajaknya, yaitu sebagai berikut. Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kita mulai merasakannya…..baris ke-2 Maksudnya Dalam sepenggal puisi tersebut menggambarkan/mengibaratkan kegelisahan hati pengarang akan terjadinya sesuatu bencana yang sangat besar, dimana manusia menyadari bencana itu hadir karena perbuatan kita sendiri dengan merusak alam. Yang dimana dari awalnya tak pernah kita rasakan, tapi lama kelamaan efeknya mulai kita rasakan. 3. Metafora Metafora ini bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata pembanding, seperti bagai, laksana, seperti, dan biasanya. Metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain. Metafora ini menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang sesungguhnya tidak sama. Pada sajak pertama puisi tersebut Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita…. Maksudnya Bencana itu hadir bukan tanpa sebab, bencana datang karena ulah tangan manusia, dan “meluncur lewat sela-sela jari kita” ini maksudnya bencana itu dating tidak lepas dari perbuatan kita sendiri, kemudian akhirnya melanda didekat kita. 4. Allegori Allegori ialah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain. Alegori ini banyak terdapat dalam sajak-sajak Pujangga Baru, namun pada waktu sekarang banyak juga dalam sajak Indonesia Modern. Dalam sajak puisi tersebut ….Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari…. Maksudnya Dalam puisi tersebut menyajikan dampak datangnya suatu bencana, sehingga berdampak pada alam sekitarnya.  Rima Rima adalah bunyi yang berselang atau berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi. Rima disebut juga persajakan. Rima digunakan untuk mengolah bunyi pada puisi. Oleh karena itu penyair memilih diksi-diksi yang mempunyai persamaan bunyi. Pola rima pada puisi ini tidak teratur. Misalnya saja pada bait pertama dan kedua bersajak ab, bait ketiga a-a-b, bait keempat a-b-b-b dan seterusnya. Pada puisi Membaca Tanda- tanda, hanya terdapat rima luar, yaitu rima yang terdapat antar baris yang terletak di awal, tengah dan akhir. 10. Ritme Ritme adalah totalitas tinggi rendahnya suara, panjang pendek, dan cepat lambatnya suara saat membaca puisi. Ritme yang ditumbulkan melalui puisi tersebut adalah ritme lambat. B. Unsur Ekstrinsik  Latar Belakang Penulis Taufiq Ismail lahir di Bukit Tinggi, 25 Juni 1935. Masa kanak-kanak sebelum sekolah dilalui di Pekalongan. Ia pertama masuk sekolah rakyat di Solo. Selanjutnya, ia berpindah ke Semarang, Salatiga, dan menamatkan sekolah rakyat di Yogya. Ia masuk SMP di Bukit Tinggi, SMA di Bogor, dan kembali ke Pekalongan. Ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Indonesia sekarang IPB, dan tamat pada tahun1963.  Makna dalam Puisi Puisi Membaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail ini apa bila kita baca secara detail, meiliki banyak makna yang terkandung. Dimana makna dalam puisi tersebut sangat kental terasa terhadap kondisi kehidupan kita saat ini, yaitu sebagai berikut Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Makna dalam bait puisi tersebut yaitu kelalaian kita menjaga alam sekitar, sehingga bencana itupun muncul karena tangan-tangan nakal kita manusia. Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kita mulai merasakannya Maknanya yaitu bencana itu tak pernah menunjukkan kedahsyatannya, tapi lama kelamaan bencana itu satu persatu muncul menghinggapi manusia. Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari Hutan kehilangan ranting Ranting kehilangan daun Daun kehilangan dahan Dahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak karbon dioksid itu menggilas paru-paru Maknanya yaitu pengarang berbagai bencana kini satu persatu timbul seperti, “….udara abuabu warnya….”, kata-kata ini dimaksudkan karena polusi udara yang kian membutakan Bumi dan mengganggu pernapasan manusia. Air danau maupun sungai surut dan kering. Sehingga populasi hewan seperti burung-burung yang biasa berkicau dipagi hari. Efek dari polusi udara yang mengakibatkan “Global Warming” tersebut yaitu hutan tidak memiliki ranting, ranting tidak memiliki daun, daun tidak memiliki dahan, dan pada akhirnya kita tidak memiliki hutan. Hanya gersanglah yang menghiasi bumi. Kita saksikan Gunung membawa abu Abu membawa batu Batu membawa lindu Lindu membawa longsor Longsor membawa air Air membawa banjir Banjir air mata Kita telah saksikan seribu tanda-tanda Biskah kita membaca tanda-tanda? Maknanya yaitu alam telah mengamuk, dari gunung berapi, longsor banjir telah menumpah kan air mata manusia. Tangisan manusia yang tak terhentikan akibat amukan alam tersebut. Seribu tanda-tanda keganasan alam itu telah datang dan menimpa manusia, namun pertanyaan berbarengan kemudian. Apakah manusia mampu membaca tanda-tanda tersebut? Yang tentunya tanpa kita sadari, datang dengan tiba-tiba. Allah Kami telah membaca gempa Kami telah disapu banjir Kami telah dihalau api dan hama Kami telah dihujani abu dan batu Allah Ampuni dosa-dosa kami Beri kami kearifan membaca tanda-tanda Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan akan meluncur lewat sela-sela jari Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kami mulai merindukanya Maknanya yaitu, pada akhirnya hanya Tuhan yaitu Allah SWT yang mampu menentukan tanda-tanda tersebut. Manusia tentunya harus mampu membaca dengan teliti tanda-tanda tersebut, dimana manusia lalai dan lupa akan apa yang dititipkan-Nya. Sehingga Allah menghendaki terjadinya bencana itu, dari bencana gempa, banjir, hama tanaman. Disamping itu manusia meminta kearifan Tuhan Yang Maha Esa untuk mengetahui tanda-tanda, agar mereka lebih mengerti apa yang akan terjadi. “…Allah…Ampuni dosa-dosa kami…” Pada akhirnya manusia hanya bisa menyesali dan meratapi dosanya, namun semuanya terlambat untuk disesali. “….tapi kini kami mulai merindukannya” disisi lain, manusia kita pun merindukan kedaan alam yang asri, yang bebas dari polusi atau Global Warming. Merindukan keadaan alam yang aman dan nyaman.
. 429 19 306 114 259 404 34 464

membaca tanda tanda karya taufik ismail